Monday, March 24, 2008

Lagu Motivasi Untuk Adik-adik

Pesan Abang - sudirman



Pesan Abang

Adikku muda remaja
Awasi bila melangkah
Wajahmu manis bak bunga
Pasti ramai yang tergoda

Tidak dilarang kau bersuka
Asal tahu kan batasnya
Jangan sampai adik terlupa
Harapan dan cita-cita

( korus )
Ibu dan ayah
Menaruh harapan
Agar kau berjaya
Di hari kemudian

Bila tiba waktu petang
Dari sekolah kau pulang
Bergalas buku di pinggang
Siapa lihat pasti tertawan

Adik masih bersekolah
Awas segala dugaan
Adik kan ambil ambil periksa
Agar senang masa depan

Tumpukan perhatian dengan sepenuhnya
Serahkan selainnya kepada yang Esa

Bila adik telah berjaya
Abangkan turut gembira
Tapi andai sebaliknya
Jangan kau rasa kecewa

Sekali adik terkandas
Bukan untuk selamanya
Dihati sematkan pesan
Ingat abang tetap sayang




ILMU-RAST

Ilmu,
Asas untuk kita mencapai kejayaan,
Ilmu pentingnya bagai senjata di medan perang,
Untuk menempuh cabaran di masa hadapan,
Yang menjanjikan hidup bahagia pada kita semua,
Ibu, ku bawa bingkisan kejayaan untukmu,
Ayah, akan ku balas jasa-jasamu itu,
Pasti akan kutemu juga kejayaan itu,
Walau terpaksa merantau jauh dari dirimu,
Walau sukar, kutempuh jua.

C/O
Pepatah melayu pernah berkata,
Tidak kenal maka tidaklah cinta,
Oleh itu, cintailah ilmu,
Berusaha bersungguh-sungguh,
Marilah teruskan usaha,
Untuk kejayaan bersama,
Oh ilmu,
pastinya kutuntutmu hingga berjaya.

Pepatah melayu pernah berkata,
Tidak kenal maka tidaklah cinta,
Oleh itu, cintailah ilmu,
Berusaha bersungguh-sungguh,
Semoga kita beroleh,
Kejayaan yang kita impikan,
Oh Tuhan, hanyalah padamu kami berserah,
Oh Tuhan, hanyalah padamu kami berserah.




TITIAN KEJAYAAN-RAST

Mengejar kejayaan,
Mengharungi rintangan,
Dengan iringan doa restu,
Ayah serta ibu,
Ku menjejak ilmu...

Sedetik yang berlalu,
Impianku satu,
Gemilang diri, peribadi
Dengan ikrar janji,
Kata ditepati...

Kejayaan diimpikan
Usaha kita perlukan
Kejayaan, hasrat kita...

Kecemerlangan satu wawasan
Yakini diri tempuh cabaran
Bersama kita buktikan

Zaman berzaman teguh harapan
Semurni impi kita pastikan
Berjaya hingga akhirnya

Monday, March 10, 2008

Bingkisan Terkesan dari Zain Bhikha



Can’t Take It With You
Zain Bhikha, Dawud Wharnsby Ali & Abdul Malik Ahmad

Chorus
No You Can’t Take It with You When You Go
Oh No You Can’t Take It with You When You Go
Can’t Understand Why You Keep Holding On
Just Cos You Can’t Take It With you, No You Can’t Take It with You
Yes, You Can’t Take It with You When You Go,
Oh When You Go

Verse 1
I See You Pride Yourself In Your New Car
Chatting On Your Compact Nokia
And You Love Your Expensive Clothes
But You Can’t Take It With You When You Go,
Oh When You Go

Chorus

Verse 2
No You Can’t Take Your Big Screen TV
Nor your Variety Of DVDs
No You Can’t Take You Designer Shoes
Everything You Have, You Gonna Lose

Chorus

Verse 3
Cos there’s One Thing That Matters, When You Walking Down That Street
Is the Good and Bad You Sent Forth, In Your Book of Deeds
So Make Sure That You’re Ready, To Receive It in Your Right Hand
And Take Your Place among the Righteous Of Man

Chorus

Rap
You plan to be richer,you stash to be bigger.
But man get the picture, you can’t take it with ya.
Your cell phones, head phones, flat screens, ring tones,
Big homes, gemstones, power from big loans, collections of new shoes,
Connections of Bluetooth, vacations where you cruise the young ones go OOH!
You go shop for robots or gold watch or what not.
Your CDs of hip hop, your lap tops. Just STOP! & let go.
When you die say bye-bye. What is best is inside.
Fill the scale up with deeds so you best when you part,
Put the wealth in your hand; take it out of your heart.
Give thanks for the wealth that your Lord will bestow.
But no! That you can’t take it with you when you go.





Lay Down Your Head
( Zain Bhikha, Fakazi Ngwekazi (Nhlanhla),
Linda Gcwensa & Mfana Nxumalo)

Chorus
Lay down your head
And go to sleep
May you dream
Of gardens sweet
Close your eyes
And dream away
Of Allah’s gifts
To you this day

The sun that rose upon your head
As you lay within your bed
Green grass, blue skies and waters deep
Of this and more, dream in your sleep.

Chorus

The earth and all that it contains
With Allah’s blessing, He sustains
Remember this, my dear, in sleep
That Allah’s pleasure we must seek.

Chorus

Allah created all you see
The mountains, birds and humming bees
To Him we will return one day
So turn to Him again and pray.

Chorus

And as you drift off to sleep
In my heart your love I’ll keep
You are so special my dear.
Cause Allah brings our hearts so near.












Friday, March 07, 2008

Nostalgia Di Hujung Senja

Hatiku terpanggil untuk berkogsi bicara tinta ini bersama teman-teman, kiriman dari seorang teman....


*NOSTALGIA DI HUJUNG SENJA


Kutatap, kujabat, kudakap erat

Tubuh-tubuh berbalut kulit mengeriput

Memutih dari rambut ke janggut

Dapat kurasakan hangatnya setiakawan

Tiga dekad sepakat setekad

Bersama terhumban di padang karang

Tersadai diamuk badai



Ku tatap wajah-wajah teman lama

Ketika mata pudar berkisar mengitar dari meja ke meja

Terasa ada yang tiada

Kutanyakan khabar rakan-rakan seangkatan yang tak kelihatan

Si Suto dan Si Noyo, Si Awang dan Si Ujang

Si Dali dan Si Mamat



Katanya

Si Suto hilang tak tahu rimbanya

Si Noyo ghaib entah di mana nisannya



Si Awang sibuk mendulang wang

Mahu jadi jutawan gedongan

Pemilik dagangan bergudang-gudang



Si Mamat tak sempat

Terlalu penat kerja kuat, mahu jadi Yang Berhormat

Sudah empat kali lompat

Belum juga dapat



Mana Si Ujang

Yang dulu memencak-mencak membela keadilan?

Katanya: Si Ujang tak dapat datang

Kini dia berada di seberang

Jalan-jalan cari makan



Bagaimana dengan Si Embong?

Katanya, dia masih berkabung

Menangisi isterinya, Dewi Demokrati

Yang baru mati

Dibelasah hantu pangkah



Apa khabar Si Fatah?

Alhamdulillah, dia tidak berubah

Masih betah berusrah

Pejam dalam al-Fatihah

Celik kembali dengan waasri



Mana Si Dali

Orang kuat yang dulu mendapat pingat

Wira Sakti, Panglima Besi

Katanya, Si Dali uzur lagi

Kencing manis, darah tinggi

Saban minggu ke KBMC



Mana Si Wira?

Aku rindu bicaranya yang selalu menggetar jiwa

Katanya: setelah bersengketa dengan Mamak Bendahara

Si Wira pergi bertapa

di Gua Panjaraga

berguru di Hulu Sungai Bambu

Nanti Wira kan kembali

Dan pasti lebih sakti lagi ..



II



Detik-detik nostalgik

Memecah tawa-tangis printis

Yang lama membeku terbuku

Dalam kelu lidah sejarah



Kutatap wajah-wajah layu

Teman-teman lamaku: mahaguru dan KSU

Pembesar bergelar, figure tersohor

Ingin rasanya aku bertanya

Masihkah kau ingat asal-usulmu?



Anak kampung paling hulu

Merangkak ke gedung ilmu bernama M.U

Diiringi doa orang tua yang bangga

Dibebani harapan warga desa yang sengsara



Mahasiswa pemimpin hari muka

Cendekia dalam pustaka pujangga

Dewasa dalam gelora demo di jalan raya

Akdemia, semangat agama merbah anak desa

Menjadi elemen yang sedar dari masyarakat

Jurubicara umat, penyuara aspirasi rakyat

Kau bangkit bersama mahasiswa menggugat

Pengkhianat dan penjilat

Masih terasa perihnya prasangka, pedihnya telinga

Dituduh penderhaka

Anak muda tak kenang jasa

Mempersenda Bapak Merdeka



Peduli apa kata derhaka yang sudah lama hilang bisa

Sejak ternodanya makna

Menjadi senjata penguasa menindas jelata



Membangkang bukan menanggang

Mendebat bukan menjebat



Ingin rasanya kupinjam suara raksasa

Mendeklarasi derhaka versi kita

Derhaka kita jihad mulia

Dari setia menjadi hamba, biar derhaka demi merdeka

Dari setia seperti Haman, biar derhaka sebagai Musa



Kutatap wajah-wajah istiqamah

Tak tergoyah dek duit berkampit

Tak patah dek kenyit dan gamit si genit



Meski di sini banyak dera dan deritanya

Kita tetap setia

Warga bertaqwa bahagia di bumi derita

Tetapi mewah dengan barakah, meriah dengan ukhuwwah



Dari pita nostalgia memori pagi

Kini kita tiba di senja penuh hiba

Ketika ufuk senja memerah

Tanda mendekatnya saat berpisah

Aku resah dalam gelabah muhasabah

Setitik jasa, selaut dosa



Seakan kulihat malaikat mencatat

Kalimat-kalimat sinis menghiris

Dasar si dungu tak tahu malu

Modal amal sekepal, mengharap untung segunung



Usia senja, menjadi pesara

Bukan masa lega merdeka

Puas melepas, menghempas tugas yang digalas

Ia adalah masa cedera yang cemas

Sisa-sisa nafas di simpangan arah

Husnul-khatimah-suul-khatimah



Hari kita semakin senja

Segudang agenda tak terlaksana

Mengharap pewaris setia

Penerus cita-cita, penebus kecewa

Tapi, di mana mereka?



Ya Tuhan,

Dengarkan pinta hamba di hujung senja

Seperti dullu Kau perkenan doa Zakariya

Pengabdi tua meminta putera

Lalu Kau kurniakan Yahya

Sayyida, hasura, nabiyya



Ya Tuhan,

Berkenan kiranya mencurah kurnia

Seribu Yahya, sepetah Harun, segagah Musa

Menyanggah bedebah media pendusta

Mendaulat agama, memperkasa bangsa



Ibn Fadzil
DAR AL_HIKMAH 16042004


* Sajak ini telah dibacakan di Malam Kenangan Seperjuangan di Hotel Equatorial Resort, Bangi.